BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sistem
sungai merupakan salah satu sistem kecil yang berada didalam sistem hidrologi.
Sistem hidrologi merupakan siklus air yang kompleks mulai dari menguapnya air
laut menuju atmosfer, kemudian menuju darat dan kembali lagi ke laut. (Hamblin & Christiansen, 1995).
Sungai memiliki berbagai karakter. Ada sungai yang lebar
dan ada pula yang sempit.Ada sungai yang hanya terisi air bila turun hujan, tetapi banyak sungai yang
berisi air sepanjang tahun. Karena banyak karakter itulah, maka sungai dianggap
sebagai suatu sistem yang kompleks. Sistem sungai (river system) sering disebut
juga sebagai cekungan pengaliran (drainage basin) terdiri dari kanal utama
(main channel) dan semua percabangan sungai yang mengalir kedalamnya. Satu
sistem dibatasi oleh pembagi sistem (divide) berupa punggungan (ridge), karena
pengaliran diluar itu menjadi satu sistem yang lain. Sistem sungai merupakan
funneling mechanism (mekanisme menyerupai corong) ketika membawa aliran
permukaan (surface runoff) dan guguran batuan (rock debris) yang terlapukkan.
Sistem sungai secara tipikal dibagi atas tiga, yaitu sistem pengumpulan
(collecting system), sistem pengangkutan (transporting system) dan sistem
penyebaran (dispersing system).
Berdasarkan uraian di atas, maka kami membuat
sebuah makalah untuk menjelaskan mengenai sistem sungai sekaligus menyelesaikan
tugas Mata Kuliah Geologi Dasar pada semester pertama.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem sunga.
2. Apa
saja jenis dari sistem sungai.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui
apa itu sistem sungai.
2.
untuk mengetahui jenis-jenis sistem sungai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Sistem
sungai merupakan salah satu sistem kecil yang berada didalam sistem hidrologi.
Sistem hidrologi merupakan siklus air yang kompleks mulai dari menguapnya air
laut menuju atmosfer, kemudian menuju darat dan kembali lagi ke laut.
Gambar 1. Sirkulasi air dalam sistem
hidrologi (Hamblin & Christiansen, 1995).
Sistem
bermula dari panas matahari yang mengevaporasi lautan sebagai reservoir utama
air bumi. Sebagian besar air langsung kembali ke lautan sebagai hujan.
Sirkulasi atmosferik membawa sebagian uap air menuju daratan, yang kemudian
kembali ke bumi dalam bentuk hujan atau salju. Air yang jatuh ke bumi melalui
berbagai cara akhirnya kembali juga ke lautan. Sebagian kembali ke atmosfer
karena evaporasi, tetapi yang jelas kembali melalui aliran permukaan (surface
runoff) dalam sistem sungai yang pada akhirnya bermuara di lautan (dibahas
dalam bab ini). Sebagian air ada yang meresap kedalam bumi dan bergerak
perlahan melalui ronggaporitanah dan batuan. Sebagian air ditangkap dan
dimanfaatkan oleh tumbuhan dan kemudian dibuang ke atmosfer. Sebagian lagi
banyak yang terus mengalir dan masuk secara perlahan ke sungai dan danau atau
terus bermigrasi dibawah permukaan hingga lautan. Pada daerah kutub atau di
pegunungan yang tinggi, sebagian air akan terperangkap pada kontinen sebagai
glacial ice yang pada akhirnya secara perlahan bergerak dari daerah dingin ke
daerah lebih hangat sehingga pencairan terjadi dan akhirnya aliran permukaan
mengalir hingga ke lautan.
2.1.1. Pentingnya air
mengalir
Kenampakan
permukaan di Bumi berbeda dengan kenampakan permukaan di Bulan. Di Bumi
pandangan didominasi oleh lembah sungai (stream valley) sedangkan di Bulan
kenampakan didominasi oleh bentuk depresi kawah-kawah (crater). Lembah sungai
dikenali dimanapun pada permukaan bumi, dan air yang mengalir sangat penting
sebagai penyebab utama erosi. Illustrasi yang menggambarkan begitu dominannya
lembah sungai dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar
2. Erosi melalui mengalirnya air merupakan proses dominan dalam pembentukan
bentang alam. (A). Citra Landsat dari daerah Ozark Plateau di Missouri
memperlihatkan sistem sungai dan lembah-lembahnya. Citra diambil pada elevasi
650 km. (B) Kenampakan foto udara memperlihatkan jaringan sungai dan lembah
yang kompleks. Foto diambil pada elevasi 12 km. (C) Foto udara memperlihatkan
banyak sungai dan lembah kecil pada sistem pengaliran (Hamblin &
Christiansen, 1995).
2.1.2.
Karakteristik utama sistem sungai
Sungai
memiliki berbagai karakter.Adasungai yang lebar dan ada pula yang
sempit.Adasungai yang hanya terisi air bila turun hujan, tetapi banyak sungai
yang berisi air sepanjang tahun. Karena banyak karakter itulah, maka sungai
dianggap sebagai suatu sistem yang kompleks. Sistem sungai (river system)
sering disebut juga sebagai cekungan pengaliran (drainage basin) terdiri dari
kanal utama (main channel) dan semua percabangan sungai yang mengalir
kedalamnya. Satu sistem dibatasi oleh pembagi sistem (divide) berupa punggungan
(ridge), karena pengaliran diluar itu menjadi satu sistem yang lain. Sistem
sungai merupakan funneling mechanism (mekanisme menyerupai corong) ketika
membawa aliran permukaan (surface runoff) dan guguran batuan (rock debris) yang
terlapukkan. Sistem sungai secara tipikal dibagi atas tiga, yaitu sistem
pengumpulan (collecting system), sistem pengangkutan (transporting system) dan
sistem penyebaran (dispersing system).
Gambar 7.3. Bagian utama dari sistem
sungai dicirikan oleh proses geologi yang berbeda (Hamblin & Christiansen,
1995).
2.1.3. Sistem
Pengumpulan
Sistem
ini terdiri dari suatu jaringan percabangan sungai pada bagian hulu (head water
region) yang berperan mengumpulkan dan menyalurkan air dan sedimen menuju
sungai utama. Pola yang umum adalah pola pengaliran dendritik yang menyerupai
pohon (dendritic drainage pattern) yang memiliki percabangan sungai yang meluas
hingga bagian hulu hingga mencapai pembagi sistem sungai.
2.1.4. Sistem Pengangkutan
Sistem
ini merupakan tubuh utama sungai yang berfungsi sebagai saluran berlalunya air
dan sedimen yang berpindah dari sistem sebelumnya ke arah lautan. Walaupun
proses utamanya adalah pengangkutan, namun pada subsistem ini juga menerima
pasokan air dan sedimen. Pengendapan terjadi pada kelokan kanal (channel
meanders) bagian sisi dalam dan ketika luapan sungai terjadi pada sisi sungai
selama berlangsungnya banjir. Jadi, proses erosi, pengendapan dan pengangkutan
terjadi pada sistem ini.
2.1.5. Sistem
Penyebaran
Sistem
ini terdiri dari jaringan pendistribusian pada muara sungai yaitu air dan
sedimen disebarkan masuk ke laut, danau atau cekungan lainnya. Proses utamanya
adalah pengendapan muatan sedimen kasar dan penyebaran material berbutir halus
juga air sungai yang masuk kedalam basin.
2.1.6. Tingkatan Sistem Sungai
Setiap sungai dan lembah-lembahnya
merupakan bagian dari sistem pengaliran dengan masing-masing dengan
percabangannya berperan mengalirkan air dalam sistem ini. Kajian sistem
pengaliran memperlihatkan bahwa ketika sistem sungai berkembang dengan bebas
pada permukaan yang homogen, maka dengan rasio matematis mengkarakterisasi
hubungan antara percabangan sungai, ukuran dan kemiringan sungai serta lembah
sungai. Hamblin dan Christiansen (1995) menyampaikan beberapa hal penting
tentang generalisasi dan keterkaitannya dengan sungai sebagai berikut:
1. Jumlah segmen atau percabangan
sungai menurun kearah hilir
2. Panjang hilir dalam progresif
matematik percabangan sungai lebih besar kearah hilir
3. kemiringan atau kelerengan sungai
menurun secara eksponensial kearah hilir
4. Kanal sungai menjadi lebih dalam dan
menjadi lebih lebar secara progresif kearah hilir
5. Ukuran lembah adalah tergantung dari
ukuran sungai dan peningkatan kearah hilir secara proporsional
2.2. Berdasarkan
Pola Aliran Air
2.2.1. Sistem Sungai
Sistem sungai adalah sekumpulan alur-alur sungai yang membentuk
jaringan yang komplek dan luas dimana air yang berasal dari permukaan daratan
mengalir. Batas geografis dimana seluruh air yang ada di suatu wilayah disebut
sebagai watershed atau drainage basin. Dalam satu watershed terdapat beberapa
alur sungai kecil-kecil yang disebut sebagai cabang-cabang sungai (tributaries)
yang mengalirkan air ke alur sungai yang lebih besar (principal stream).
Sistem pengaliran sungai dalam suatu watershed dapat
dipisah-pisahkan berdasarkan ukuran alur sungainya dan dikenal sebagai stream
ordering. Order pertama dari pengaliran sungai adalah alur sungai yang
ukurannya paling kecil, sedangkan order kedua adalah alur sungai yang hanya
memiliki cabang-cabang sungai dari order pertama sebagai cabang sungainya.
Order ke tiga adalah alur sungai yang hanya memiliki cabang-cabang sungai dari
alur sungai order pertama dan atau order kedua. Secara umum, sungai yang
mempunyai order yang lebih tinggi akan mempunyai batas pemisah air (watershed)
yang lebih luas dan sudah barang tentu akan membawa air permukaan yang lebih
banyak. Topografi yang tinggi umumnya memiliki batas pemisah air yang
memisahkan arah aliran air runoff ke dalam cekungan yang berbeda didasarkan
atas orientasi dari kemiringan lerengnya. Salah satu yang mengendalikan jumlah
air yang berada dalam sungai di setiap lokasi adalah luas areal permukaan yang
terdapat di dalam drainage basin tersebut dan hal ini merupakan fungsi dari
batas pemisah pengaliran.
Sistem sungai mulai dari hulu kemudian kearah hilir hingga ke laut,
yaitu mulai sumbernya di pegunungan kemudian mengalir melalui anak-anak
cabangnya menuju ke saluran-saluran utama (tributary channel) yang pada
akhirnya ke sungai induknya untuk menuju ke arah laut. Sungai ternyata
merupakan media yang mampu mengangkut sejumlah besar bahan yang terbentuk
sebagai akibat proses pelapukan batuan. Banyaknya bahan yang diangkut
ditentukan oleh faktor iklim dan tatanan geologi dari suatu wilayah. Meskipun
bahan-bahan yang diangkut oleh sungai berasal antara lain dari hasil penorehan
yang dilakukan sungai itu sendiri, tetapi ternyata yang jumlahnya paling besar
adalah yang berasal dari hasil proses pelapukan batuan. Proses pelapukan
ternyata menghasilkan sejumlah besar bahan yang siap untuk diangkut baik oleh
sungai maupun oleh cara lain seperti gerak tanah, dan atau air-tanah.
Gambar 4.7 Sistem Sungai :
Sumber air (curah hujan + mata air), cabang-cabang sungai, meander, tanggulalam
(levee), danau tapal kuda (oxbow lake),delta.
Material-material hasil pelapukan dan erosi diangkut oleh air sungai
dan diendapkan sebagai sedimen. Aktivitas sungai yang mengalir di daratan akan
meng-erosi dan merubah bentuk bentuk bentangalam. Proses-proses erosi dan
pembentukan alur-alur sungai merupakan agen di dalam perubahan bentuk
bentangalam.
Gambar 4.8 Sistem Sungai
Meander : tanggulalam (levee), point bar, danau tapal kuda (oxbow lake),
tanggulalam (levee), rawa belakang (backswamp).
Air Terjun (Water
Falls) Gosong pasir (Bar River)
Kipas Aluvial (Alluvial Fan) Sungai Bersirat (Braided Stream)
Dataran
Banjir (Floodplain) Danau Tapal
Kuda (Oxbow Lake)
Tekuk
Sungai (Point Bar) Delta
Meandering Crevasse
Tanggul Alam (Levee)
2.2.2. Pola Aliran Sungai
Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan
membentuk pola pengaliran tertentu diantara saluran utama dengan
cabang-cabangnya dan pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh
faktor geologinya. Pola pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar
bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi
dan struktur geologi bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika
air permukaan (surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap
erosi.
Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari
jaringan pengaliran sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai
utama dengan cabang-cabangnya disatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat
bervariasi. Adanya perbedaan pola pengaliran sungai disatu wilayah dengan
wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur
dan litologi batuan dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut:
1.
Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang
sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik
dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat
memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai
contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap
erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang
resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang).
Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas.
Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap
erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang
tidak resisten cenderung akan lebih mudah di-erosi membentuk alur-alur sungai.
Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak
resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan
sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.
2.
Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak
gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada
bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentangalam ini
pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan
annular.
3.
Pola Aliran Rectangular
Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi
terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai
dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten
terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui
kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya
lurus-lurus mengikuti sistem kekar.
Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan.
Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di
tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya
membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang
dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar
(patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti
pola dari struktur kekar dan patahan.
4.
Pola Aliran Trellis
Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai
bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis
dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus disepanjang lembah dengan
cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai
utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai
bentuk pagar.
Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar
(trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan
antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluransaluran air yang berpola sejajar,
mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya.
Saluran utama berarah se rah dengan
sumbu lipatan.
Gambar 4.1 Pola Aliran
Sungai
5.
Pola Aliran Centripetal
Pola aliran centripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan
pola radial, dimana aliran sungainya mengalir kesatu tempat yang berupa
cekungan (depresi). Pola aliran centripetal merupakan pola aliran yang umum
dijumpai di bagian barat dan baratlaut Amerika, mengingat sungai-sungai yang
ada mengalir ke suatu cekungan, dimana pada musim basah cekungan menjadi danau
dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.
6.
Pola Aliran Annular
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir
aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi
kubah atau intrusi loccolith.
7.
Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk
oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka
bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng
dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel
terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam.
Pola aliran paralel kadangkala meng-indikasikan adanya suatu patahan
besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang
curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis,
dendritik, dan paralel.
2.2.3. Genetika Sungai
Sebagaimana diketahui bahwa klasifikasi genesa sungai ditentukan
oleh hubungan struktur perlapisan batuannya. Genetika sungai dapat dibagi
sebagai berikut:
a. Sungai Superposed atau
sungai Superimposed
Sungai Superposed atau sungai Superimposed adalah sungai yang terbentuk diatas permukaan
bidang struktur dan dalam perkembangannya erosi vertikal sungai memotong ke
bagian bawah hingga mencapai permukaan bidang struktur agar supaya sungai dapat
mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lain sungai superposed adalah
sungai yang berkembang belakangan dibandingkan pembentukan struktur batuannya.
b. Sungai Antecedent
Sungai Antecedent adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan dengan keberadaan
struktur batuanya dan dalam perkembangannya air sungai mengikis hingga ke
bagian struktur yang ada dibawahnya. Pengikisan ini dapat terjadi karena erosi
arah vertikal lebih intensif dibandingkan arah lateral.
c. Sungai Konsekuen
Sungai Konsekuen adalah sungai yang berkembang dan mengalir searah lereng topografi
aslinya. Sungai konsekuen sering diasosiasikan dengan kemiringan asli dan struktur
lapisan batuan yang ada dibawahnya. Selama tidak dipakai sebagi pedoman, bahwa
asal dari pembentukan sungai konsekuen adalah didasarkan atas lereng topografinya
bukan pada kemiringan lapisan batuannya.
d. Sungai Subsekuen
Sungai Subsekuen adalah sungai yang berkembang disepanjang suatu garis atau zona yang
resisten. sungai ini umumnya dijumpai mengalir disepanjang jurus perlapisan
batuan yang resisten terhadap erosi, seperti lapisan batupasir. Mengenal dan
memahami genetika sungai subsekuen seringkali dapat membantu dalam penafsiran
geomorfologi.
e. Sungai Resekuen
Lobeck (1939) mendefinisikan sungai resekuen sebagai sungai yang
mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan batuan sama seperti tipe sungai konsekuen.
Perbedaanya adalah sungai resekuen berkembang belakangan.
Gambar 4.2 Pola
Aliran Sungai Trellis
f. Sungai Obsekuen
Lobeck juga mendefinisikan sungai obsekuen sebagai sungai yang mengalir
berlawanan arah terhadap arah kemiringan lapisan dan berlawanan terhadap sungai
konsekuen. Definisi ini juga mengatakan bahwa sungai konsekuen mengalir searah
dengan arah lapisan batuan.
g. Sungai Insekuen
Sungai Insekuen adalah
aliran sungai yang mengikuti suatu aliran dimana lereng tifdak dikontrol oleh
faktor kemiringan asli, struktur atau jenis batuan.
Gambar 4.3 Blok
diagram di daerah yang berstruktur komplek yang telah mengalami erosi yang
cukup intensif. Percabangan sungai yang berkembang di daerah ini secara genetik
dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur geologi yang mengontrolnya
(r=resekuen; o = obsekuen; s = subsekuen)
Beberapa aspek dari pola pengaliran sungai menjadi sangat penting
untuk pertimbangan dalam interpretasi geomorfologi, terutama:
1. Klasifikasi genetik sungai, hubungan sungai dengan kemiringan
asli, batuan yang berada dibawah aliran sungai, dan struktur geologi.
2. Tahapan perkembangan suatu sungai
3. Pola pengaliran sungai
4. Anomali pengaliran dalam suatu pola aliran
5. Karakteristik detail seperti gradien sungai, kerapatan sungai, bentuk
cekungan dan ukuran/dimensi, kemiringan cekungan dan kemiringan bagian hulu
suatu lembah.
6. Jentera geomorfik.
Kombinasi dari aspek-aspek tersebut diatas sangat mungkin membantu
dalam mengidentifikasi litologi, korelasi stratigrafi, pemetaan struktur
geologi, menetukan sejarah tektonik dan sejarah geomorfologi. Berkut ini adalah
uraian mengenai kombinasi antara struktur, litologi dan aktivitas sungai.
2.2.4. Tahapan Perkembangan Sungai
Tahapan perkembangan suatu sungai dapat dibagi menjadi 5 (tiga)
stadia, yaitu stadia sungai awal, satdia muda, stadia dewasa, stadia tua, dan
stadia remaja kembali (rejuvination).
Adapun
ciri-ciri dari tahapan sungai adalah sebagai berikut:
1. Tahapan Awal (Initial Stage)
Tahap awal suatu sungai seringkali dicirikan oleh sungai yang belum
memiliki orde dan belum teratur seperti lazimnya suatu sungai. Air terjun,
danau, arus yang cepat dan gradien sungai yang bervariasi merupakan ciri-ciri sungai
pada tahap awal. Bentangalam aslinya, seringkali memperlihatkan ketidakteraturan,
beberapa diantaranya berbeda tingkatannya, arus alirannnya berasal dari air
runoff ke arah suatu area yang masih membentuk suatu depresi (cekungan) atau
belum membentuk lembah. Sungai pada tahapan awal umumnya berkembang di daerah
dataran pantai (coastal plain) yang mengalami pengangkatan atau diatas permukaan
lava yang masih baru / muda dan gunungapi, atau diatas permukaan pediment
dimana sungainya mengalami peremajaan (rejuvenation).
2. Tahapan Muda
Sungai yang termasuk dalam tahapan muda adalah sungai-sungai yang
aktivitas aliran sungainya mengerosi kearah vertikal. Aliran sungai yang
menmpati seluruh lantai dasar suatu lembah. Umumnya profil lembahnya membentuk
seperti huruf .V.. Air terjun dan arus yang cepat mendominasi pada tahapan ini.
3. Tahapan Dewasa
Tahap awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai adanya pembentukan
dataran banjir secara setempat setempat dan semakin lama semakin lebar dan
akhirnya terisi oleh aliran sungai yang berbentuk meander, sedangkan pada sungai
yang sudah masuk dalam tahapan dewasa, arus sungai sudah membentuk aliran yang
berbentuk meander, penyisiran kearah depan dan belakang memotong suatu dataran
banjir (flood plain) yang cukup luas sehingga secara keseluruhan ditempati oleh
jalur-jalur meander. Pada tahapan ini aliran arus sungai sudah memperlihatkan keseimbangan
antara laju erosi vertikal dan erosi lateral.
Gambar 4.4 Pola perubahan
bentuk alur sungai yang semula linear dan kemudian menjadi meander. Proses
perubahan sungai dari linear ke meander disebabkan oleh sifat erosi vertikal
berubah menjadi erosi lateral.
4.
Tahapan Tua
Pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh meander dan
lebar dari dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas meander belt. Pada
umumnya dicirikan oleh danau tapal kuda (oxbow lake) dan rawa-rawa (swampy
area). Erosi lateral lebih dominan dibandingkan erosi lateral.
5.
Peremajaaan Sungai (Rejuvenation)
Setiap saat dari perkembangan suatu sungai dari satu tahap ke tahap
lainnya, perubahan mungkin terjadi dimana kembalinya dominasi erosi vertikal
sehingga sungai dapat diklasifikasi menjadi sungai dalam tahapan muda. Sungai
dewasa dapat mengalami pengikisan kembali ke arah vertikal untuk kedua kalinya karena
adanya pengangkatan dan proses ini disebut dengan perenajaan sungai. Proses peremajaan
sungai adalah proses terjadinya erosi ke arah vertikal pada sungai berstadia dewasa
akibat pengangkatan dan stadia sungai kembali menjadi stadia muda.
Gambar 4.5
Proses perkembangan sungai oleh aktivitas arus sungai, mulai stadia awal, stadia
muda, stadia dewasa, dan stadia tua.
Stadia Awal Stadia Muda
Stadia Muda Stadia
Dewasa
Stadia Tua Stadia Rejuvination
Gambar 4.6
Stadia sungai: stadia awal, stadia muda, stadia dewasa, dan stadia tua dan
stadia rejuvination.
2.3. Berdasarkan Sumber Air
2.3.1. Sungai Hujan
Sungai hujan adalah sungai yang mendapatkan air dari hujan. Di
Indonesia sebagian besar sungai-sungainya adalah sungai hujan karena Indonesia
negara tropis yang banyak turun hujan.
2.3.2. Sungai Gletser
Sungai gletser adalah sungai yang sumber airnya berasal dari salju
yang mencair berkumpul menjadi kumpulan air besar yang mengalir. Sungai
membramo / memberamo di daerah papua / irian jaya adalah salah satu contoh dari
sungai gletser yang ada di Indonesia.
2.3.3. Sungai Campuran
Sungai campuran adalah sungai di mana air sungai itu adalah
pencampuran antara air hujan dengan air salju yang mencair. Contoh sungai
campuran adalah sungai digul di pulau papua / irian jaya.
2.4. Berdasarkan Struktur Geologi
2.4.1. Sungai Anteseden
Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran
airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi
karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
2.4.2. Sungai Superposed
Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan
prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
2.5. Berdasarkan Debit Airnya
2.5.1. Sungai Permanen
Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun
relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito
dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2.5.2. Sungai Periodik
Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya
banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini
banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di
Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta
sungai Brantas di Jawa Timur.
2.5.3. Sungai Episodik
Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering
dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai
Kalada di pulau Sumba.
2.5.4. Sungai Ephemeral
Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat
musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis
episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu
banyak.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.
Sungai dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan pola alirannya, sumber airnya, struktur geologinya,
dan debit airnya.
2. Berdasarkan pola alirannya mencakup beberapa pokok bahasan
berdasarkan pola aliran, genetika, tahap perkembangan, dan sistem sungai.
3. Berdasarkan sumber airnya, sungai dibedakan menjadi sungai hujan,
sungai gletser, dan sungai campuran.
4. Berdasarkan struktur geologinya, sungai dibedakan menjadi sungai
anteseden dan sungai superposed.
5. Berdasarkan debit airnya,
sungai dibedakan menjadi sungai permanen, periodic, episodik, dan sungai
ephemeral.
3.2. Saran
1. Lakukanlah pengamatan terhadap sungai-sungai di
daerahmu untuk mengetahui jenisnya.
2. Selalu jaga kebersihan sungai.
3. Lakukanlah perawatan terhadap sungai.